Batak Satu

Tortor Batak

Batak Satu

Naposo Batak

Batak Satu

Danau Toba

Batak Satu

Ulos Batak

Batak Satu

Sigalegale

Kamis, 13 November 2025

Sosok Ayah Jerome Polin, Marojahan Sintong Sijabat




Marojahan Sintong Sijabat, ayah dari kreator konten Jerome Polin, dikenal sebagai seorang pendeta berdarah Batak yang melayani di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Darmo Satelit, Surabaya. Namanya cukup menonjol di kalangan jemaat karena karakter penyampaian khotbah yang energik dan mudah dicerna. Banyak orang mengapresiasi caranya membahas topik rohani dengan pendekatan yang hangat dan membumi.

Popularitasnya tidak hanya datang dari pelayanan di gereja, tetapi juga dari berbagai undangan yang diterimanya untuk berbicara di sekolah dan perguruan tinggi. Dalam setiap kesempatan, Marojahan membawa pesan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, terutama mengenai pendidikan, karakter, dan tantangan yang dihadapi generasi muda. Gaya penyampaiannya yang lugas membuat sesi pembinaan yang ia berikan terasa hidup dan inspiratif.

Sebagai pembicara, ia sering menekankan pentingnya membangun nilai-nilai positif sejak dini. Mulai dari kedisiplinan, integritas, hingga keberanian menghadapi perubahan zaman, semua ia rangkai dalam pesan yang mudah diterapkan. Tidak heran jika banyak siswa dan mahasiswa merasa terbantu oleh motivasi yang ia berikan, terutama dalam mencari arah hidup.

Selain aktif memberikan pelayanan dan seminar secara langsung, Marojahan juga terjun ke dunia digital. Ia mengikuti jejak anaknya, Jerome, dengan membagikan konten melalui Instagram dan YouTube. Di platform tersebut, ia mengunggah berbagai renungan rohani, pesan motivasi, serta pandangan moral yang relevan bagi generasi masa kini. Kehadirannya di media sosial membuat jangkauan pesannya semakin luas, menjangkau masyarakat yang tidak sempat mengikuti kegiatannya secara tatap muka.

Kombinasi antara penguasaan materi, gaya penyampaian modern, dan kemampuannya menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman membuat Marojahan kerap disebut sebagai “pendeta generasi kekinian.” Ia berhasil menunjukkan bahwa pesan positif dapat disampaikan dengan cara yang segar tanpa menghilangkan inti ajarannya. Perannya, baik di gereja maupun di dunia digital, memberi dampak bagi banyak orang yang mencari inspirasi dan semangat baru.

Kamis, 23 Oktober 2025

6 Sub-Suku Batak dalam UU No. 23 Tahun 2024


6 Sub-Suku Batak dalam UU No. 23 Tahun 2024 — Pasal 6 Ayat (c)

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2024 menyebutkan bahwa karakteristik Kabupaten Tapanuli Tengah meliputi beberapa aspek penting. Pada ayat (c), dijelaskan bahwa:

“Suku bangsa dan budaya terdiri dari beragam etnis yang memiliki karakter religius sekaligus menjunjung tinggi adat istiadat dan kelestarian lingkungan.”
(Teks Pasal 6 ayat (c) — UU No. 23 Tahun 2024)

Pasal tersebut menggambarkan keberagaman suku dan budaya yang hidup berdampingan di wilayah Tapanuli Tengah. Namun, perlu dipahami bahwa teks undang-undang ini tidak secara eksplisit menyebutkan nama-nama sub-suku Batak, melainkan memberikan pengakuan umum terhadap pluralitas etnis dan budaya di daerah tersebut.

Pembagian 6 Sub-Suku Batak

Secara kebudayaan dan antropologis, masyarakat Batak sering dikategorikan ke dalam beberapa kelompok besar atau puak/sub-suku. Dalam berbagai literatur populer dan kajian akademik, dikenal enam kelompok utama suku Batak, yaitu:

  1. Batak Toba

  2. Batak Karo

  3. Batak Simalungun

  4. Batak Pakpak (Dairi)

  5. Batak Angkola

  6. Batak Mandailing

Pembagian ini merupakan hasil pengelompokan berdasarkan bahasa, adat, dan wilayah geografis. Meskipun sering digunakan dalam konteks sosial dan budaya, klasifikasi enam sub-suku Batak ini bersifat antropologis dan kultural, bukan penetapan hukum yang diatur secara resmi dalam undang-undang.

Kesimpulan

Dengan demikian, Pasal 6 ayat (c) UU No. 23 Tahun 2024 tidak secara langsung mencantumkan enam sub-suku Batak, melainkan menegaskan nilai keberagaman dan kekayaan budaya masyarakat di Kabupaten Tapanuli Tengah. Sementara itu, istilah “6 sub-suku Batak” berasal dari pembagian tradisional yang telah lama dikenal dalam kajian budaya dan sejarah masyarakat Batak di Sumatera Utara.

(https://peraturan.bpk.go.id/Download/350053/UU%20Nomor%2023%20Tahun%202024.pdf)
 

Jumat, 10 Oktober 2025

Asal Usul Marga Kudadiri




Kudadiri (Surat Batak: ᯂᯮᯑᯑᯪᯒᯪ) merupakan salah satu marga Batak Pakpak yang berasal dari Suak Keppas. Marga ini memiliki hak ulayat di wilayah Sitinjo, Dairi, tempat yang kini menjadi lokasi berdirinya Taman Wisata Iman Dairi.

Marga Kudadiri tergolong dalam kelompok Sipitu Marga (dalam bahasa Indonesia berarti tujuh marga), bersama dengan marga Ujung, Angkat, Bintang, Capah, Sinamo, dan Gajah Manik. Ketujuh marga tersebut meyakini bahwa mereka merupakan keturunan Siraja Pako yang dahulu bermukim di Sicikecike, Parbuluan, Dairi.

Keturunan
Marga Kudadiri terbagi menjadi lima kelompok utama, yaitu:

  1. Kudadiri Kuta Gerroh

  2. Kudadiri Payung Raja

  3. Kudadiri Kuta Napa

  4. Kudadiri Kuta Rimbaru

  5. Kudadiri Kuta Geddung

Selain itu, marga Kudadiri juga mempercayai bahwa marga Ginting Suka merupakan bagian dari keturunan Kudadiri yang dahulu merantau ke Taneh Karo dan kemudian berbaur dengan masyarakat Karo.

Referensi:
Dinas Pariwisata Kabupaten Pakpak Bharat. (2015, 12 Januari). Asal-usul dan persebaran orang Pakpak. Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat. Diakses pada 26 September 2022.

Selasa, 30 September 2025

Salsa Erwina Hutagalung, Boru Batak yang Tinggal di Denmark: Anggota DPR adalah Karyawan Rakyat, Rakyat adalah Bos

 

“Anggota DPR adalah Karyawan Rakyat, Rakyat adalah Bos”

Salah satu prinsip yang terus dipegang teguh oleh Salsa adalah pandangannya terhadap fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Menurutnya, anggota DPR bukanlah elite yang berdiri di atas rakyat, melainkan karyawan rakyat.

“Anggota DPR itu bekerja karena dipilih oleh rakyat. Mereka digaji oleh rakyat. Maka sudah sewajarnya mereka tunduk pada kepentingan rakyat. Rakyat adalah bos, sementara DPR adalah karyawan yang harus bekerja untuk kepentingan bangsa,” tegas Salsa.

Dengan pemahaman ini, Salsa aktif mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, untuk berani menyampaikan kritik maupun aspirasi kepada wakil rakyat. Ia ingin melawan budaya diam dan sikap pasrah yang kerap melemahkan suara rakyat.

Perjuangan Menyuarakan Aspirasi di Tengah Jarak

Meski tinggal di Denmark, Salsa aktif memanfaatkan ruang digital untuk menyampaikan pemikiran dan aspirasinya. Ia sering menulis opini, berdiskusi dengan komunitas diaspora Indonesia, serta ikut mengkampanyekan isu-isu penting yang menyangkut kepentingan rakyat kecil.

Salah satu perjuangan yang menonjol adalah ketika ia dengan lantang menentang sikap Ahmad Sahroni, seorang anggota DPR RI yang menurutnya sering kali lebih mementingkan kepentingan politik pribadi dibandingkan kepentingan rakyat banyak.

Bagi Salsa, kritik bukanlah kebencian, melainkan bentuk cinta pada tanah air. Ia menegaskan bahwa DPR seharusnya terbuka terhadap masukan rakyat, bukan justru anti kritik.

Batak, Perempuan, dan Perjuangan

Sebagai boru Batak, Salsa tumbuh dengan nilai keberanian, keteguhan, dan ketulusan untuk berjuang. Nilai-nilai inilah yang ia bawa hingga ke tanah rantau. Ia ingin membuktikan bahwa perempuan Batak bisa berdaya di mana pun berada, sekaligus menjadi suara bagi mereka yang tidak mampu bersuara.

Salsa meyakini bahwa perubahan hanya mungkin terjadi jika rakyat bersatu, kritis, dan berani menagih janji dari wakilnya. Karena itu, meski jauh dari Indonesia, ia tetap konsisten berdiri di garis perjuangan rakyat.

Salsa Erwina Hutagalung bukan sekadar diaspora yang menetap di luar negeri, melainkan representasi dari suara rakyat yang tidak bisa dibungkam oleh jarak. Dengan semangat Batak yang tegas dan kecintaan pada Indonesia, ia terus mengingatkan bahwa wakil rakyat adalah karyawan rakyat, bukan sebaliknya.

Dalam suaranya, ada pesan yang jelas: rakyat harus berani menjadi bos bagi wakilnya, bukan hanya penonton di negeri sendiri.

Rabu, 24 September 2025

Fakta Baru: Sahroni Bermarga Silalahi?

 

Fakta Baru: Sahroni Bermarga Silalahi?







Latar Belakang Isu

  • Pada akhir Agustus 2025, rumah Ahmad Sahroni di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dilaporkan dijarah massa. Di antara barang-barang yang hilang, tersebar pula dokumen pribadi, termasuk ijazah SMP yang kabarnya milik Sahroni. Jawa Pos+2Jawa Pos+2

  • Pada dokumen ijazah itu tertulis nama ayah Sahroni sebagai “Henra Silalahi” — sebuah nama yang mengandung unsur marga Batak “Silalahi.” News+3Jawa Pos+3Jawa Pos+3

  • Publik lalu berhipotesis bahwa berdasarkan adat Batak, seseorang yang ayahnya bermarga Silalahi umumnya juga menyandang marga Silalahi — sehingga Sahroni pun dianggap memiliki marga tersebut. News+4Pojoksatu+4Jatim Network+4


Apa yang Diketahui dan Apa yang Masih Jadi Pertanyaan

Yang Sudah Terungkap

  1. Nama Ayah dalam Dokumen
    Nama “Henra (atau Hendra) Silalahi” muncul pada ijazah SMP yang diyakini milik Sahroni. rakyatsultra.id+3Jatim Network+3Jawa Pos+3
    Nama tersebut dipandang sebagai indikasi garis keturunan Batak melalui ayahnya.

  2. Ketiadaan Penggunaan Marga Secara Publik
    Selama ini, dalam publikasi resmi maupun kehidupan sehari-hari, Sahroni tidak menggunakan atau menyebut “Silalahi” sebagai bagian dari nama atau identitasnya. Jatim Network+4Jawa Pos+4Jawa Pos+4
    Bahkan, Sahroni pernah menyatakan bahwa ia “tidak mengetahui bapak dari mana,” mengindikasikan minimnya hubungan atau pengetahuan publik tentang ayahnya. Jatim Network+1

  3. Reaksi Publik & Media
    Berbagai media nasional mengangkat isu ini sebagai “fakta mengejutkan” setelah dokumen ijazah tersebar. Pojoksatu+5Jawa Pos+5Jawa Pos+5
    Namun, belum ada pernyataan resmi langsung dari Sahroni yang mengonfirmasi atau menyangkal secara gamblang bahwa ia bermarga Silalahi.

  4. Verifikasi & Klarifikasi
    Meski banyak pemberitaan, media cek fakta belum menyimpulkan bahwa hal itu benar secara mutlak maupun hoaks penuh. Beberapa kasus berita lainnya terkait Sahroni (tidak terkait marga) telah diperiksa oleh pihak cek fakta.

Sabtu, 15 Maret 2025

Jerome Polin Sijabat: Ahli Matematika Batak yang Menginspirasi Generasi Muda


Jerome Polin Sijabat: Ahli Matematika Batak yang Menginspirasi Generasi Muda

Dalam dunia pendidikan, khususnya di bidang matematika, nama Jerome Polin Sijabat belakangan ini semakin populer. Jerome Polin bukan hanya dikenal karena kemampuannya dalam ilmu matematika, tetapi juga karena semangat dan dedikasinya dalam menginspirasi banyak orang, terutama generasi muda Indonesia. Sebagai seorang ahli matematika Batak, ia telah menunjukkan bahwa latar belakang budaya yang kuat bisa menjadi pendorong besar dalam meraih kesuksesan di bidang akademik.

Latar Belakang Jerome Polin Sijabat

Jerome Polin Sijabat adalah seorang matematikawan muda yang berasal dari suku Batak, yang memiliki pengaruh kuat dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia dikenal luas lewat kecerdasannya dalam memecahkan berbagai masalah matematika yang kompleks dan kemampuannya untuk menyampaikan materi yang sulit dengan cara yang mudah dipahami. Dengan kemampuan luar biasa di bidang matematika, Jerome berhasil mengukir prestasi gemilang, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Lahir dan besar di Indonesia, Jerome Polin memutuskan untuk mengejar pendidikan tinggi di luar negeri. Ia melanjutkan studi di Jepang dan berhasil memperoleh gelar di bidang matematika. Namun, meskipun ia berkarir di luar negeri, hati dan semangatnya tetap untuk Indonesia, terutama dalam memajukan pendidikan di tanah air. Salah satu fokus utama Jerome adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, tentang pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Menyebarkan Minat terhadap Matematika

Jerome Polin tidak hanya dikenal karena prestasinya di bidang akademik, tetapi juga karena perannya dalam menyebarkan minat terhadap matematika melalui media sosial dan platform digital. Melalui saluran YouTube dan berbagai akun media sosialnya, Jerome sering berbagi video edukasi yang membahas konsep-konsep matematika yang rumit dengan cara yang menyenangkan dan mudah dimengerti. Ia menggunakan pendekatan yang tidak hanya berbasis teori, tetapi juga mencakup aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari, yang membuat ilmu ini terasa lebih relevan dan menarik.

Salah satu tujuan Jerome dalam berbagi ilmu adalah untuk menghilangkan stigma bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Dengan keahliannya dalam menyederhanakan topik-topik matematika, Jerome berhasil mengubah pandangan banyak orang tentang matematika. Banyak pelajar yang sebelumnya merasa takut dengan matematika, kini mulai menyukai dan memahami pentingnya ilmu ini.

Pengaruh Budaya Batak dalam Karirnya

Sebagai seorang Batak, Jerome Polin Sijabat juga memanfaatkan kekuatan budaya dan filosofi Batak dalam perjalanan karirnya. Salah satu nilai yang sangat dihargai dalam budaya Batak adalah semangat pantang menyerah dan kerja keras. Nilai-nilai ini ia terapkan dalam setiap langkahnya, baik dalam dunia pendidikan maupun dalam kehidupannya sehari-hari.

Jerome percaya bahwa rasa hormat terhadap tradisi dan budaya Batak memberikan motivasi tambahan untuk terus berusaha dan memberikan yang terbaik, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk bangsa Indonesia. Sebagai seorang yang memiliki akar budaya Batak yang kuat, ia berharap dapat menjadi contoh bagi banyak anak muda Batak, atau bahkan seluruh Indonesia, bahwa siapapun bisa sukses di bidang apa pun jika didasari dengan tekad dan kerja keras.

Menjadi Inspirasi untuk Generasi Muda

Jerome Polin Sijabat bukan hanya seorang ahli matematika, tetapi juga seorang inspirator yang terus berusaha mendorong generasi muda Indonesia untuk mencintai pendidikan dan mengejar impian mereka. Dengan latar belakang sebagai seorang Batak yang sukses dalam dunia pendidikan, ia menunjukkan bahwa kesuksesan bisa dicapai meskipun berasal dari daerah yang kurang berkembang.

Tak hanya itu, Jerome juga sering berbagi tentang tantangan yang dihadapi dalam perjalanan akademiknya, serta bagaimana ia menghadapinya. Hal ini memberi gambaran bahwa perjalanan menuju kesuksesan tidak selalu mulus, tetapi dengan ketekunan dan semangat yang tinggi, segalanya menjadi mungkin.


 

Senin, 24 Februari 2025

Sejarah dan Asal Usul Marga Sinaga


Marga Sinaga adalah salah satu marga yang terkenal di kalangan masyarakat Batak, khususnya di daerah Sumatra Utara, Indonesia. Marga ini termasuk dalam kelompok Marga Toba, yang merupakan salah satu suku Batak terbesar. Orang-orang dengan marga Sinaga umumnya berasal dari suku Batak Toba, yang dikenal dengan budaya dan tradisi yang sangat kental. Marga Sinaga memiliki sejarah yang panjang dan berakar dalam budaya Batak yang kaya, dengan kepercayaan dan adat istiadat yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Sejarah dan Asal Usul Marga Sinaga

Seperti kebanyakan marga Batak lainnya, Sinaga memiliki sejarah dan asal-usul yang terkait dengan leluhur mereka. Dalam cerita tradisional, marga Sinaga berasal dari sebuah keluarga besar yang memiliki nenek moyang yang kuat dalam mempertahankan adat dan budaya Batak. Asal-usulnya sering dikaitkan dengan sejarah besar kehidupan masyarakat Batak yang berjuang dalam berbagai situasi, baik dalam peperangan maupun dalam pembentukan identitas mereka sebagai suku yang terhormat.

Namun, dalam konteks sosial masyarakat Batak, marga Sinaga juga merupakan identitas penting yang membedakan kelompok ini dari marga-marga lainnya. Marga Batak sendiri dapat menunjukkan status sosial, hubungan kekerabatan, dan sejarah keluarga yang sangat bernilai.

Marga Sinaga dalam Budaya Batak

Sebagai bagian dari budaya Batak, marga Sinaga memiliki peran yang penting dalam adat dan tradisi. Seperti kebanyakan marga Batak lainnya, Sinaga terlibat dalam sistem kekerabatan yang disebut adat perkelahian atau adat pernikahan. Dalam adat Batak, perkawinan antar marga sangat penting dan diatur dengan aturan yang sangat ketat. Ini untuk menjaga agar garis keturunan tetap jelas dan tidak terjadi pernikahan antar kerabat dekat dalam satu marga.

Selain itu, marga Sinaga juga ikut serta dalam berbagai upacara adat seperti acara adat pernikahan (marhusip), pesta adat (tolu), serta upacara kematian (adat penguburan). Semua acara ini melibatkan simbol-simbol yang mendalam dan memiliki arti yang dalam bagi masyarakat Batak, termasuk marga Sinaga.

Persebaran Marga Sinaga

Sebagai bagian dari suku Batak, marga Sinaga tidak hanya ditemukan di Sumatra Utara, tetapi juga di daerah-daerah lain yang memiliki komunitas Batak. Banyak orang Batak, termasuk mereka yang memiliki marga Sinaga, yang merantau ke berbagai wilayah Indonesia, bahkan ke luar negeri, untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Proses perantauan ini menyebabkan persebaran marga Sinaga ke berbagai daerah, baik itu di Jawa, Kalimantan, hingga luar negeri seperti Malaysia dan Belanda.

Komunitas Sinaga, meskipun tersebar di banyak tempat, tetap menjaga ikatan kekeluargaan yang kuat. Mereka seringkali berkumpul dalam acara-acara adat atau reuni keluarga besar, menjaga agar hubungan dan tradisi marga tetap terjaga meskipun jauh dari kampung halaman.

Filosofi dan Nilai yang Terkandung dalam Marga Sinaga

Seperti banyak marga Batak lainnya, marga Sinaga mengajarkan nilai-nilai yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti gotong royong, penghormatan kepada orang tua dan leluhur, serta pentingnya menjaga hubungan kekeluargaan sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Sinaga. Hal ini tercermin dalam cara mereka menjaga adat istiadat, melaksanakan upacara adat, dan berinteraksi dengan anggota keluarga dan masyarakat luas.